RSS

Sunan Ampel

Kali ini kisah ulama yang kami ambil berasal tidak jauh dari tanah air tercinta kita ini "Indonesia". Sebelumnya mari kita renungkan sejenak, kita ini sungguh amat beruntung karena sejak awal kita telah diperkenalkan oleh Islam yang notabene adalah agama turunan dari keluarga sehingga insyaallah akan semakin mudah jalan yang Allah berikan kelak.

Lalu timbul pertanyaan, darimana orang tua,kakek,nenek, buyut kita mengenal islam ini??? menurut ahli sejarah selain dibawa oleh pedagang pedagang arab yang memiliki peran terbesar dalam menyebarkan agama ini ialah WALI SONGO.

Khusus pada kisah ini kami akan membahas mengenai salah seorang dari Wali Songo yaitu Sunan Ampel radiyallahu anhu. Beliau ini disebut sebut sebagai sesepuhnya para wali dikarenakan usia beliau yang lebih dari lainnya.



Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa.

Ada beberapa ajaran ajaran dari sunan ampel yang sangat terkenal.seperti contohnya berikut ini :
1.       Moh Main atau tidak mau berjudi
2.       Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan
3.       Moh Maling atau tidak mau mencuri
4.       Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
5.       Moh Madon atau tidak mau berzinah/main perempuan yang bukan isterinya.

Sunan ampel sendiri memiliki prinsip yang kuat mengenai cara beliau mensyiarkan agama islam ini yaitu Islam harus disiarkan dengan murni dan konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat umat semakin berhati-hati menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala macam bid’ah. Inilah jasa Sunan Ampel yang sangat besar, dengan peringatan inilah beliau telah menyelamatkan aqidah umat agar tidak tergelincir kelembah kemusyrikan.

Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di sebelah Barat Mesjid Ampel.
Jazakallah khairan katsiran ya wali Allah, pahalamu menyebarkan agama islam tak akan pernah putus karena kami masih meyakini dan mengimani agama ini.


                             Gambar diatas merupakan gerbang menuju makam dari sunan ampel

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

As-Sudais dan Ibunya


Kisah Imam Besar Masjidil Haram dan Ibunya (Abdurrahman As-Sudais)


Abdurrahman bin Abdul Aziz as-Sudais an-Najdi (bahasa Arab: عبد الرحمن السديس), dilahirkan di Riyadh, Arab 
Saudi tahun 1961 (umur 51/52 tahun). Dia adalah imam besar Masjidil Haram Kota Suci Mekkah, Arab Saudi.


Sudais berasal dari Bani Anza. Ia telah hafal al-Qur'an pada umur 12 tahun. Tumbuh di Riyadh, Sudais belajar 
di SD Al-Muthana bin Harits, dan setelah itu kuliah di Riyadh Scientific Institution dan lulus tahun 1979 (umur 17–18 tahun) dengan nilai baik. Ia memperoleh ijazah Syariah dari Universitas Riyadh pada tahun 1983 (umur 21–22 tahun), dan menjadi anggota PPI (Pengetahuan Pokok Islam) sebagai pemberi ceramah ataudosen. Ia mempelajari Islam dari gurunya di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud pada tahun 1987 (umur 25–26 tahun) dan menerima gelar Ph.D. Ia aktif di Universitas Syariah Islam Ummul Qura pada tahun 1995 (umur 33–34 tahun) sebagai asisten profesor setelah aktif di Universitas Riyadh.

Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji.

Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata: “idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain,” yang artinya “Pergi kamu…! Biar kamu jadi imam di Haramain…!”
Dan SubhanAllah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram…!!

Tahukah kalian, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu…?? Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia. Ini adalah teladan bagi para ibu, calon ibu, ataupun orang tua… hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun.

Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian…(HR. Abu Dawud)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kisah Wafatnya Nabi Muhammad SAW


Betapa mulia dan indahnya akhlak baginda Ya Rasulullah SAW Mengingatkan kita sewaktu sakratul maut.
'Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah,
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku".

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,

"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?".

"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. " Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. 
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. 
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.


"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."


Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. 

"Ummatii, ummatii, ummatiii!" -
"Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? 
Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa'alaihi wasahbihi wasallim.
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia,
tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

detik detik wafatnya syekh abdul qodir jaelani

asadnya memang sudah terkubur lebih dari delapan abad. Namun nama dan tauladan hidupnya tetap membekas kuat di kalangan umat Islam. Dialah Syekh Abdul Qadir al-Jailani, ulama sufi kelahiran Persia yang kemasyhurannya setingkat dunia.

Syekh Abdul Qadir terkenal sebagai pribadi yang teguh dalam berprinsip, sang pencari sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapapun, dan dengan risiko apapun. Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf, hingga ia mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Jejak Syekh Abdul Qadir juga dijumpai dalam belasan karya orisinalnya.

Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan.

”Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepergian ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab.

”Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah,” jawab sang ayah.

”Aku diumpamakan seperti batang yang tanpa kulit,” sambung Syekh Abdul Qadir. ”Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama dengan batinku.”

Putra lainnya, Abdul Azis, bertanya tentang keadaannya. ”Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah,” sahut Syekh Abdul Qadir.

Ketika ditanya Abdul Jabar, putranya yang lain, ”Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?” Syekh Abdul Qadir menjawab, ”Seluruh anggota tubuhku terasa sakit kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat sakit, sedang ia benar-benar bersama dengan Allah.”

”Mintalah tolong kepada Tuhan yang tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Dia. Dialah Dzat yang hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena kehilangannya.” Kematian pun segera menghampiri Syekh Abdul Qadir. 

Syekh Abdul Qadir al-Jainlani menghembuskan nafas terakhir di Baghdad, Sabtu bakda maghrib, 9 Rabiul Akhir 561 H atau 15 Januari 1166 M, pada usia 89 tahun. Dunia berduka atas kepulangannya, tapi generasi penerus hingga sekarang tetap setia melanjutkan ajaran dan perjuangannya. (Mahbib Khoiron)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bisyr Al-Hafi

BERTEMU RASULULLAH DAN NABI KHIDIR
Bisyr Al-Hafi (150-227 H) adalah seorang sufi yang tinggal di Baghdad. Beliau adalah ulama dan sufi yang cukup terkenal di zamannya. Dalam suatu kesempatan, beliau menceritakan pengalaman mimpinya bertemu Rasulullah SAW.
“Aku pernah bermimpi melihat Nabi Muhammad SAW. Beliau berkata kepadaku, “Wahai Bisyr, tahukan kamu mengapa Allah mengangkat derajatmu melebihi sahabat-sahabatmu?”
Aku lalu menjawab, “Aku tidak tahu, ya Rasulullah.”
Beliau menjawab, “Karena perbuatanmu yang mengikuti sunnahku, baktimu kepada orang-orang shaleh, saran baikmu kepada saudara-saudaramu, dan rasa cintamu kepada sahabat-sahabatku dan ahlu baitku. Itulah yang menjadikan sebab kamu sampai pada tingkatan orang-orang shaleh.”
Bisyr Al-Hafi memang dikenal sangat alim, rendah hati, sangat menghormati para guru-gurunya. Keshalehannya pun dikenal para sufi yang lain tak hanya dari cerita dari mulut ke mulut, dari ceramah atau kitab, tetapi juga dari pengalaman spiritual yang pernah dialami oleh sufi yang lain.
Seperti yang diceritakan oleh Bilal Al-Khawwash. Beliau menceritakan: “Aku pernah berada di padang sahara yang dihuni orang-orang Israil. Tiba-tiba, seorang lelaki muncul dan berjalan menemaniku. Aku heran, siapakah gerangan ini. Tidak berapa lama kemudian, aku diberi ilham bahwa laki-laki itu adalah Khidir a.s. Aku pun segera beranjak menemui lelaki asing itu dan bertanya, “Demi kebenaran suatu kebenaran, siapakah kamu sebenarnya?”
“Aku Khidir, saudaramu!” jawabnya.
“Bagaimana pendapatmu tentang Imam Syafii rahimahullah?” tanyaku kemudian.
“Dia adalah termasuk pemelihara agama,” jawab Khidir.
“Bagaimana pendapatmu tentang Imam Ahmad bin Hanbal?”
“Dia seorang Shiddiq,” jawab Khidir.
“Dan bagaimana pendapatmu tentang Bisyr bin Harits Al-Hafi?” tanyaku lagi.
“Belum ada orang sepertinya sesudahnya kelak.”
“Apakah yang bisa menjadikan aku dapat bertemu denganmu, wahai Khidir?”
“Karena kebaikanmu kepada ibumu.”
---Dikutip dari Risalah Qusyairiyah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS